Optimis atau pesimis adalah cara pandang terhadap suatu fenomena
sekarang dan atau masa datang yang dapat juga berdasarkan pelajaran masa
lalu. Optimis adalah positif dan pesimis adalah negatif. Sebagian dari
manusia adalah orang yang penuh optimisme sedangkan sebagian lain penuh
pesimisme menyikapi masa sekarang dan memprediksi masa depan.
Sesungguhnya, kedua hal tersebut adalah pilihan. (dikutip dari Wikipedia)
Tapi kalau semisal diantara keduanya tidak ada yang lebih pantas untuk dipilih, untuk apa..
1. Katakanlah begini, jika seseorang menghadapi satu masalah, misalnya
ketika akan menghadapi ujian. dimana dalam ujian ini, belum pernah
dipelajarinya atau mungkin hanya mendapatkan sekilas. Saat ujian ini
akan dimulai, apa perasaan terkuat yang muncul dari dirinya.. apakah
optimisme akan menyelesaikan ujiannya dengan baik dan dapat nilai baik
pula, padahal kenyataannya soal yang akan dihadapinya sama sekali belum
diketahuinya. Ataukah pesimis, karena memang pada dasarnya dia tidak
mengetahui yang akan dihadapinya walaupun dia optimis bisa dengan segala
kepercayaan dan sugestinya.
Lalu ketika hasil ujian dibagikan dan orang tersebut mendapat nilai yang
buruk seperti apa yang dikerjakannya. Karena pada dasarnya hukum
kemungkinan memang begitu, SEBERAPA YANG DIHASILKAN ADALAH SEBERAPA YANG DIUSAHAKAN.
Lalu optimisme dan sugesti-sugesti positif tadi untuk apa, bukankah
sama hasilnya dengan orang yang pesimis? dan kalaupun orang tadi sempat
pesimis lalu mendapatkan hasil buruk, tidakkah dia akan kecewa,
setidaknya dia sudah mengira kalau apa yang diusahakannya tidak akan
menghasilkan lebih. Kalau realita yang ada tidak mengizinkan kita untuk
optimis, akankah berarti realita selalu mengajarkan pesimisme...
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sudah lama mengusik saya, tapi tidak pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, untuk apa..
2. Saya suka membaca sejarah. Dalam Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie "sadar sejarah adalah sadar akan kesia-siaan nilai" quotes ini sangat mempengaruhi saya, pesimis dan kelam tanpa mengaburkan sedikit optimisme yang tersirat.
Sejarah adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Karena apa yang
kita lakukan sekarang adalah sejarah, minimal untuk diri kita sendiri.
Tapi, bila semua yang ada dalam catatan sejarah hanya berupa peperangan,
penghianatan, kebencian, saling membunuh, saling mengalahkan atau
saling menjatuhkan. masihkah kita optimis, bukankah masa depan adalah
sejarah yang akan berulang, lagi dan lagi.. lalu, untuk apa...
Dan memang sudah terbukti. lihatlah awal kejatuhan Adolf Hitler tahun
1942 karena keserakahannya menguasai Eropa, dia menyerang Rusia dengan
arogansi dan tanpa perhitungan matang sampai akhirnya mendapat serangan
balik dari tentara gabungan prajurit Rusia dan Ukraina dan musim dingin
yang mematikan di Rusia. bukankan itu sama dengan awal kejatuhan
Napoleon Bonaparte 100 tahun sebelumnya, yang dijatuhkan juga oleh musim
dingin Rusia dan ke-arogansian-nya sendiri untuk menguasai Eropa. Ini
sama dengan kejatuhan Soekarno dan Soeharto, sama-sama dijatuhkan
mahasiswa, sama-sama dijatuhkan saat tua dan tidak berdaya.
Ya, sekali lagi sejarah selalu berulang-ulang. dan menimbulkan pesimisme.
3. Manusia adalah pelaku, aktor utama, kalau tidak ada manusia, walaupun
ada materi lain selain manusia bahkan sebelum manusia ada. Tetapi kalau
tidak ada manusia. Tetap, itu semua tidak berarti, bukankah yang
menggolongkan material itu manusia, yang mengelompokkan semua material
itu juga manusia, dan yang menciptakan ilmu pengetahuan juga manusia.
Tanpa ada manusia, adakah ilmu pengetahuan, adakah teori-teori (many
fucked up things), adakah kehidupan lain yang bisa dicatat, dipelajari,
atau suatu masalah untuk dipecahkan? ya, kalau tidak ada manusia, tidak akan ada masalah. Kehidupan memang akan tetap berjalan, tapi untuk apa..
Descartes pernah berkata "Cogito ergo sum" Saya berpikir maka saya ada. bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Bernada angkuh dan anggun..
Descartes pernah berkata "Cogito ergo sum" Saya berpikir maka saya ada. bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Bernada angkuh dan anggun..
4. Kalau yang namanya kesempurnaan itu tidak ada. Lalu mengapa kita terus
mengejar
kesempurnaan, apa berarti kita mengejar sesuatu yang tidak ada? untuk
apa.. kadang-kadang bila teringat satu pertanyaan ini, saya merasa tenang
kembali. seolah berhenti sejenak dari semua rutinitas dan diingatkan
kembali: UNTUK APA SEMUA INI..
5. Butterfly effect adalah suatu terminologi yang membuktikan
bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini terkoneksi dengan
kejadian-kejadian lainnya. Salah satu sub-bagian dari Chaos Theory. Lalu
bila semuanya sudah terhubung dan terkoneksi dengan kejadian-kejadian
lainnnya dan semua sudah pasti terjadi. lalu akankah semua 'usaha' untuk
merubah semuanya akan sia-sia?
entahlah, saya tetap pesimis dan masih terganggu pertanyaan untuk apa semua ini....
opini oleh
Wisnu Putra Danarto
Staff JI HMPG 2012
No comments:
Post a Comment