Resmi, pada tanggal 22 juni 2013 kemarin
harga bahan bakar minyak (BBM) naik. Kenaikan terjadi pada BBM jenis premium
yang semula 4500 menjadi 6500, solar yang semula 4500 menjadi 5000. Hal ini
dimaksudkan agar jumlah uang negara yang termasuk kedalam anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN) untuk disubsidikan dalam BBM dapat ditekan dan
digunakan untuk hal lain yang lebih
tepat guna dan tepat sasaran.
Pengguna BBM di Indonesia sendiri
60% diantaranya digunakan untuk keperluan transportasi. Baik transportasi
pribadi, angkutan umum, dan kendaraan non pribadi (Gubernur BI Perry Warjiyo dalam
bisniskeuangan.kompas.com) dengan jumlah yang demikian besar, tentu saja
kenaikan harga BBM akan sangat berdampak pada masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kenaikan harga BBM ini akan memberikan efek domino pada seluruh aspek, mulai dari kenaikan harga
bahan pangan, sandang, juga papan. Kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok
tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia sendiri.
Sehingga, dengan naikn ya harga BBM ini akan sangat memberatkan kehidupan.
Banyak pedagang yang gulung tikar
akibat kenaikan harga BBM ini, bahan baku naik, sedangkan konsumen merasa
keberatan dengan kenaikan harga barang produksi tersebut, akibatnya barang pun
tidak laku dipasaran. Ditambah kebijakan pemerintah untuk menstabilkan hargaa
dipasaran dengan mengimpor berbagai komoditi dari negara-negara lain. Dengan kondisi seperti ini, gulung tikarnya beberapa
pedagang kecil maupun pelaku industri sekalipun menimbulkan efek lain lagi
selain kemiskinan, yaitu pengangguran yang akhirnya akan bermuara juga pada
kemiskinan jika terus berlanjut seperti itu.
Pemerintah menginginkan untuk
meminimkan jumlah subsidi BBM, tetapi kenyataannya berbanding terbalik dengan
jumlah spbu yang makin hari semakin menjamur. Bahkan di beberapa daerah di
perbatasan Indonesia, terjadi penyelundupan BBM bersubsidi keluar negeri.
Penyelundupan BBM bersubsidi dan banyaknya kalangan menengah ke atas yang
menggunakan BBM bersubsidi pun menjadi salah satu alasan agar BBM bersubsidi
terus dikurangi, bahkan jika mungkin dihilangkan. Sehingga anggaran untuk
subsidi BBM dapat dialihkan pada sektor lain yang lebih tepat guna.
Dengan pengalihan subsidi BBM ke
hal lain diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi seluruh aspek
kehidupan masyarakat Indonesia. Pengalihan subsidi BBM ini di tujukan untuk masyarakat miskin dan
perbaikan serta peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Karena, dengan
pendidikan yang bagus diharapkan dapat meningkatkan pula kualitas sdm Indonesia,
yang hasil akhirnya diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang
lebih baik lagi dan tidak terus melulu bergantung pada impor luar negeri.
Linda Novitasari
Staff ahli Kastrat HMPG 2013
No comments:
Post a comment