Rabu, 5 April 2017, jam
17.00 dilaksanakan Gestrat Discussion di depan ruang geospasial. Gestrat ini
merupakan Gestrat yang pertama dilaksanakan pada tahun 2017. Gestrat kali ini mengusung
tema “Meningkatnya Sarjana Pengangguran, Siapa yang Salah?”.
Ketika sudah menginjak
semester ke-8 betapa bahagianya perasaan ini. Sebentar lagi wisuda, mendapatkan
gelar S.Pd. Lalu, pejuang S.Pd. sudahkan perjuangan kalian berhasil? Jawabannya
perjuangan kalian akan dimulai, yaitu bekerja. Lapangan pekerjaan di Indonesia
sebenarnya banyak. Nyatanya, banyak tenaga kerja asing seperti Cina yang masuk
ke Indonesia untuk mencari pekerjaan. Tetapi mengapa banyak sarjana
pengangguran? Alasan kuat untuk mengungkapkannya adalah tidak berani mencoba.
Seseorang mencari pekerjaan banyak yang memakai jalan pintas. Mereka takut jika
tidak diterima di pekerjaan yang diinginkannya. Seorang sarjana juga gengsi
jika belum mendapat pekerjaan. Karena, itu banyak yang memilih jalan pintas
untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka tidak berani untuk mencoba membuat lapangan
pekerjaan. Dalam pikiran mereka masih terbayang, “darimana modal yang akan
didapat? Akankah menguntungkan? Bagaimana jika bangkrut? Bagaimana aku akan mengembalikan
modal?” Mereka tidak berani mencoba membuat lapangan pekerjaan.
Pemerintah dalam
menangangi masalah pengangguran sudah diserahkan ke balai ketenagakerjaan untuk
mengaturnya. Pemerintah sendiri justru tidak turun tangan dalam hal ini.
Ibaratnya, pemerintah hanya menyerahkannya ke balai ketenagakerjaan kemudian
minta pertanggungjawabannya.
Sebenarnya, masalah
pengangguran ini salah individunya sendiri. Jika mahasiswa mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan potensi diri, mahasiswa tersebut memiliki harga yang lebih
tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengembangkan potensi dirinya. Dalam
mencari pekerjaan, lapangan diibaratkan kualitas dan kuantitas. Mahasiswa
tersebut harus dituntut untuk mempunyai soft
skill yang sebenarnya sudah diberikan di dalam kelas, tetapi banyak
mahasiswa yang belum mengerti berartinya soft
skill untuk mencari sebuah pekerjaan.
Kebanyakan mahasiswa lebih mengembangkan akademiknya. IPK dianggap sebagai
sesuatu yang sangat dibanggakan. Tapi nyatanya, IPK itu dicari karena mahasiswa
hanya ingin mencari gelar saja. Mahasiswa hanya terpaku bagaimana cara
mendapatkan IPK yang tinggi, bukan bagaimana mereka memikirkan masa depannya
setelah lulus. Padahal, IPK tidak ditanyakan ketika mencari pekerjaan. IPK
hanya sebuah administrasi awal. Sebuah perusahaan salah jika hanya melihat IPK
saja untuk mempertimbangkan diterima tidaknya.
Hal yang harus
dipikirkan mahasiswa sekarang adalah bagaimana cara untuk membuat lapangan
pekerjaan. Seorang lulusan S-1 seharusnya mengerti untuk apa title digunakan. Stigma mahasiswa
setelah lulus untuk mencari pekerjaan itu harus diluruskan. Karena, seorang
lulusan S-1 tidak hanya bisa mencari pekerjaan, namun bisa juga membuat
lapangan pekerjaan. Ada yang mengatakan kalau pekerjaan petani itu kasar.
Seorang sarjana tidak boleh bekerja kasar. Tetapi, jika seorang sarjana sudah
melamar pekerjaan tetapi belum diterima? Menjadi petani lebih baik daripada
pengangguran. Anehnya, mengapa pekerjaan sebagai petani dianggap rendahan?
Padahal, petanilah yang menyokong produksi beras Indonesia.
No comments:
Post a Comment