SEHAT DAN NYAMANKAH LINGKUNGAN DI YOGYAKARTA?
Hari Selasa lalu, tepatnya tanggal 24 Oktober 2017 HMPG
dibawah naungan bidang KASTRAT mengadakan diskusi kunjungan ke Dinas Lingkungan
Hidup kota Yogyakarta. Diskusi berlangsung selama satu jam, dimulai pada pukul
10.00 - 11.00 yang dimoderatori oleh Dedi Setyadi. Dari pihak dinas ada pak
Widi selaku kepala bagian sub pengelolaan sampah dan Pak Feri selaku bidang
pengembangan kapasitas lingkungan.
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No 18 Tahun
2008 tentang pengelolaan sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat
berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Masyarakat
dan pemerintah memiliki kewajiban yang sama dalam pengelolaan sampah. Sebelum sampah
dibuang, seharusnya diolah terlebih dahulu supaya tidak mencemari lingkungan. Pengangkutan
sampah yang ada di TPS dipilah ukurannya kemudian baru dibuang di TPA. Sampah tidak
ada yang ditinggal oleh dinas, semua langsung diangkut pada hari itu juga. Di
Yogyakarta, sampah yang diangkut bisa mencapai 200-220 ton per hari. Kalau di
Jakarta bisa mencapai 6.000 ton per hari. Sampah bisa berasal dari rumah
tangga, hotel, perkantoran, industri, dsb. Keterbatasannya pada daerah tertentu
biasanya belum maksimal dalam pengolahan/pembuangan sampah.
Sekolah merupakan instansi pendidikan yang bisa menanamkan
bagaimana pengelolaan sampah yang baik, berupa sekolah adiwiyata. Tetapi,
sekolah membutuhkan proses untuk menjadi hijau. Hal itu membutuhkan waktu yang
tidak instan. Sekolah juga harus dibuat dua bak sampah dimana sudah dipilah
sampah organik dan anorganiknya. Setiap sekolah juga disarankan untuk membuat
bank sampah sendiri. Kemudian dari pihak masyarakat memerlukan usaha yang tidak
mudah dan membutuhkan jangka waktu yang
panjang. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki kepribadian
sendiri-sendiri. Kelembutan orang Yogyakarta haruslah juga diterapkan pada
sampah. Memperlakukan sampah dengan ramah. Dari hal tersebut, masyarakat dapat
mengolah sampah menjadi produk-produk yang tinggi nilainya.
Diskusi diakhiri dengan ucapan terimakasih dari pihak KASTRAT
HMPG kemudian dilanjutkan menyerahkan kenang-kenangan ke pihak Dinas Lingkungan
Hidup kota Yogyakarta. Pada jam 11.15 pihak HMPG kembali ke kampus UNY.
Sampah bukanlah barang buangan
masyarakat, namun di balik itu terdapat 1001 kebermanfaatan yang dapat diambil
darinya
No comments:
Post a Comment