FESTIFAL LITERASI
Festival literasi dilaksanakan pada 30 Oktober 2021 Pukul 8.20 – 10.20 dengan tema “Tingkatkan Literasi Digital di Masa Pandemi”. Acara
Festival Literari 2021 mengundang 2 pembicara yaitu Athi’
Nur Auliati Rahmah dan Gilang Jiwana Andikara.
Literasi erat
kaitannya dengan membaca, menulis, dan menghitung. Literasi sangat penting karena akan muncul ide baru
dan menjadi dapat menjadi mahasiswa yang kritis. Perbedaan literasi zaman dahulu dengan sekarang adalah
literasi sebelum mengenal internet, internet merupakan hal yang langka. Zaman
sebelum adanya internet untuk mencari sumber literatur sangat terbatas, akses
untuk mencari sumber literatur harus ke perpustakaan. Zaman sekarang setelah adanya internet untuk mencari
sumber literatur jauh lebih mudah, dengan menggunakan searching di google. Cara
untuk mengajari siswa yang belum atau kurang membaca dilakukan dengn cara
membuat suatu eksperimen sehingga para siswa tumbuh adanya minat baca, hal ini
didapat dari para siswa dengan rasa penasaran dan ingin ketahuan mereka setelah
dilakukannya eksperimen.
Syarat literasi adalah dapat
membaca. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kegiatan siswa. Cara
menumbuhkan tingkat literasi di era teknologi, missal pada Pendidikan fisika yaitu
virtual laboratorium merupakan salah satu simulasi digital yang dapat
didownload. Dengan adanya media para siswa tumbuh rasa untuk belajar dari
adanya rasa keingintahuan. Dengan adanya teknologi dapat dimanfaatkan untuk
banyak hal-hal positif.
Literasi di
Indonesia lebih tepatnya di daerah pedesaan jauh lebih rendah dibandingkan
dengan di daerah perkotaan. Adanya perbedaan wilayah untuk sekolah yang di kota
maupun desa di Indonesia mengakibatkan perbedaan fasilitas yang ada sehingga
literasi di Indonesia tergolong rendah. Perbedaan mengajar di kota dan di desa
adalah di desa adanya keterbatasan alat, keterbatasan sinyal, dan keterbatasan
jumlah guru.
Kegiatan
literasi membaca, menulis, dan mecari referensi merupakan hal yang penting
karena dari membaca kita dapat menemukan ide-ide yang bagus, dan ide-ide yang
baru, serta dapat memberikan gagasan-gagasan. Dengan adanya literasi dapat
memberikan informasi-informasi kepada orang lain, bisa sharing ke orang
lain dan dapat meningkatkan rasa percaya diri. Literasi ada banyak iantaranya
literasi media, literasi visual, literasi matematis dan masih banyak lagi. Cara
menumbuhkan literasi adalah niat, dan action.
Literasi yang
kita bicarakan lebih kepada kemampuan dalam memahami dan membaca pesan.
Sementara, digital lebih membuka ruang untuk berkreasi di sosial media seperti Tik-Tok,
Instagram, Youtube, dan lain-lain. Jadi tidak hanya membaca lalu memahami tapi
juga diharapkan creating something new.
Dari survei UNNES
kira-kira hanya ada 1 dari 1000 orang pembaca buku berat. Survei perpusnas 2017
menyimpulkan rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4x perminggu dengan
durasi rata-rata 30-59 menit. Warga indonesia dalam satu hari rata-rata
menghabiskan 1 jam 38 menit untuk membaca media, angkanya sedikit sama dengan
mendengarkan musik. Pada Perpusnas 2017 presentasenya agak rendah, kemudian
pada tahun 2018 dan 2019 mengalami peningkatan. Saat pandemi juga mengalami
kenaikan Indonesia memiliki kemampuan membaca tinggi, namun kemampuan memahami
dan menganalisis masih menjadi PR. Di Indonesia masih sulit membedakan mana
informasi yang berkualitas, mana yang tidak. Contohnya yaitu kebanyakan
masyarakat belum bisa membedakan fakta dan hoax. Kalau bicara kemampuan membaca,
lebih dari 90% warga sudah tidak buta huruf.
Dalam 1 menit
di seluruh dunia ada 41,6 juta pesan dikirimkan melalui Whatsapp, di Youtube
dalam 1 menit ada 500 jam video diunggah, ini menunjukan bahwa kita sekarang
ini berada di kondisi banjir informasi. Dampak buruknya adalah kita jadi
bingung, bagian mana dari informasi ini yang berkualitas dan yang tidak
berkualitas. Perbedaan literasi zaman dulu dan zaman sekarang yaitu pada
fasilitasnya. Akses terbatas, sekarang informasi sangat mudah diakses. Mencari
buku juga banyak. Walaupun fasilitas naik, tidak selalu koheren dengan
pemahaman tadi. Tidak semua informasi kualitasnya sama, kita harus mulai
selektif dalam memilih informasi.
Kebanyakan
pendidikan kita hanya sampai pada membaca, menghafal, dan mengulang, dan
mencoba untuk mengaplikasikan. Belum sampai pada mengkreasikan. Padahal
idealnya pendidikan bisa mendorong siswa untuk kreatif. Mentri pendidikan
Nadiem Makarim mengembangkan merkeka belajar/kampus merdeka, siswa dibebaskan
belajar sesuai minat yang dimiliki. Hal ini dapat menumbuhkan minat belajar
bukan memaksa minat belajar.
Cara
menumbuhkan rasa berani untuk create yaitu mulai dari yang kecil-kecil terlebih
dahulu, seperti membuat status pribadip atau tulisan tulisan di diary/buku
catatan. Dengan kata lain membuat akun pribadi dan upload karya kita disitu Kemudian
jangan terlalu mendengarkan apa kata orang tentang karya kita.
Cara mengetahui
informasi itu sangat berkualitas untuk dijadikan ide yaitu dengan melakukan crosscheck,
jadi kalau kita mendapat informasi dari satu pihak, jangan langsung percaya
tetapi cari terlebih dahulu sumber aslinya. Biasanya di sumber asli akan ada
penjelasan yang lebih detail. Kemudian cari sumber yang lain, informasi yang
berkualitas tidak hanya dari satu sumber, pasti ada sumber lain yang bisa saja
memberikan pernyataan yang saling menguatkan. Misalnya ada kabar berita yang
dimuat oleh media yang kredibel seperti kompas, CNN, tribun, dan lain-lain,
berarti berita tersebut valid. Jika jurnal penelitian cari yang sudah
tersertifikasi.
Cara
meningkatkan literasi di era digital dari yang paling sederhana di era digital
ini adalah jangan malas untuk mencari informasi. Informasi zaman sekarang dapat
berbentuk apa saja. Konten tidak harus konten yang serius, dapat berupa konten
untuk hiburan. Di internet sendiri banyak berita dengan domain yang tidak
jelas, kemudian banyak orang yang iseng-iseng dengan membuat informasi hanya
sekedar untuk lucu-lucuan. Meningkatkan literasi dapat dilakukan dengan cara membuat
Linkedin dengan mencantumkan portofolio, jadi kita tidak hanya jadi konsumen
tapi juga jadi produsen. Menjadi produsen tidak melulu orientasinya dengan
profit tapi bisa untuk menunjukkan karya kita kepada orang lain untuk
meninggalkan jejak digital yang positif.
Caranya agar
bisa create di dunia digital yang berkualitas yang terpenting yaitu jangan
sampai kontennya menyakiti orang lain dan memanfaatkan orang lain dengan tidak
baik, Misal membuat konten hiburan, pastikan menghibur dan tidak ada niat
menyakiti siapapun. Kalau berbicara konten tokshow pastikan konten yang dibuat
ini berdasarkan informasi yang akurat, kalau sekedar ngobrol-ngobrol (podcast)
konten akan jadi berkualitas kalau bisa menghibur dan membuat penonton mendapat
inspirasi baru. Pastikan konten tidak berpotensi melanggar UU ITE.
Dunia digital membuka peluang sangat besar bagi kita untuk mendapat informasi atau memproduksi informasi. Maka Mari kita manfaatkan potensi yang sangat besar ini dengan sebaik-baiknya dan mari saling menjaga dengan sesama supaya kita dapat menciptakan lingkungan digital yang aman dan nyaman untuk kita berkreasi dengan baik. Literasi tidak hanya membaca tetapi kita harus bisa berani untuk berkreasi dan menyebarkan informasi yang baik juga.
No comments:
Post a Comment